Jakarta, Jauh sebelum seseorang didiagnosa menderita
diabetes, kanker serviks dan penyakit lainnya, dirinya telah
mengembangkan suatu kondisi yang berada di ambang batas normal.
Periode
ini sangatlah penting, di mana seseorang harus segera mengubah gaya
hidup untuk memperlambat perkembangan penyakit atau mencegahnya sama
sekali.
Namun, sebagian besar kondisi pra-penyakit tidak memiliki
gejala nyata, jadi Anda memerlukan pengujian lebih dini untuk
mengetahui risikonya karena Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda
telah melewati batasan normal.
Seperti dilansir womansday, Selasa (2/10/2012) berikut adalah 5 kondisi pra-penyakit yang dapat Anda cegah perkembangannya:
1. Prehipertensi Sebelum Berubah Jadi Hipertensi
Prehipertensi
juga dikenal sebagai tekanan darah yang cukup tinggi hingga mencapai
batas hampir hipertensi yaitu antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg,
dibandingkan dengan tekanan darah normal yang kurang dari 120/80 mmHg.
Secara
umum, tidak ada gejala untuk prehipertensi atau hipertensi, sehingga
penting untuk melakukan skrining rutin. American Heart Association
menyarankan untuk memeriksa tekanan darah setidaknya setiap dua tahun
sekali, bahkan jika tekanan darah Anda biasanya normal sekalipun.
Dokter
juga merekomendasikan pemeriksaan yang lebih sering bagi penderita
diabetes, kelebihan berat badan, perokok, atau orang yang memiliki
riwayat keluarga penderita hipertensi. Dengan memodifikasi diet yang
seimbang, memotong asupan garam, dan memulai berolahraga dapat membantu
menurunkan tekanan darah dan meminimalkan risiko terkena hipertensi dan
penyakit jantung.
2. Displasia Serviks Sebelum Kena Kanker Serviks
Displasia
serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada leher rahim, yang
mungkin menjadi penyebab kanker serviks. Sebagian besar kasus displasia
serviks terjadi antara usia 25 sampai 35 tahun, meskipun dapat menyerang
seseorang pada usia berapapun.
Displasia serviks atau pra-kanker
serviks dapat membuat seseorang lebih berisiko terhadap human
papillomavirus (HPV), virus yang ditularkan secara seksual. Selain HPV,
faktor lain yang dapat meningkatkan peluang seorang wanita terkena
kanker serviks, termasuk gonta-ganti pasangan seksual, memiliki riwayat
penyakit menular seksual, sistem kekebalan tubuh yang lemah dan merokok.
Biasanya,
tidak ada gejala yang menunjukkan perubahan pra-kanker serviks. Namun
jika terjadi pendarahan setelah berhubungan seks, mungkin hal tersebut
termasuk tanda-tanda tumbuhnya sel kanker dalam rahim.
Deteksi
displasia serviks lebih dini dengan melakukan pap test dan lindungi diri
dengan menggunakan kondom ketika berhubungan seks agar tidak tertular
HPV. Skrining sangat penting dilakukan di segala usia. Pap test dapat
dilakukan hingga enam bulan sekali untuk memantau sel-sel rahim tetap
dalam kondisi baik.
Jika seseorang telah didiagnosa menderita
displasia serviks, segera lakukan tindakan pengobatan dengan penghapusan
sel kanker karena kondisi tersebut akan berkembang menjadi kanker
serviks pada waktu 10 sampai 20 tahun mendatang jika dibiarkan.
3. Pra-Diabetes Sebelum Jadi Diabetes
Jika
kadar gula darah berada pada batas atas ukuran normal, seseorang
dikatakan menderita pra-diabetes, yang dapat berkembang menjadi diabetes
tipe 2 dalam waktu 10 tahun. Diabetes terjadi ketika mekanisme tubuh
tidak seimbang dan tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup untuk mengubah makanan menjadi energi.
Baik pra-diabetes
atau diabetes tidak menunjukkan gejala-gejala yang jelas, tetapi jika
Anda mengalami kehausan atau kelaparan berlebihan, kelelahan, kesemutan
di kaki dan sering buang air kecil mungkin menandakan bahwa kadar gula
dalam darah Anda meningkat.
Pengujian untuk diabetes harus
dilakukan setiap 3 tahun sekali bagi orang dengan usia lebih dari 45
tahun. Pengujian lebih dini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan, tidak aktif secara fisik, memiliki tekanan darah atau kolesterol
tinggi, memiliki riwayat keluarga diabetes, riwayat diabetes
gestasional, atau orang dengan riwayat sindrom ovarium polikistik.
Orang
dengan pra-diabetes harus diuji setiap satu atau dua tahun untuk
memastikan kondisi belum berkembang. Dengan memangkas berat badan hingga
5 sampai 10 persen dan lebih aktif bergerak dapat memperlambat
perkembangan pra-diabetes menjadi diabetes atau mencegahnya sama sekali.
Latihan
tingkat sedang sebanyak 30 menit sehari atau bahkan hanya berjalan kaki
sebanyak lima hari dalam seminggu telah terbukti memiliki manfaat yang
luar biasa dalam pencegahan diabetes. Selain itu, jagalah pola makan
dengan menghindari lemak jenuh, kolesterol, gula halus dan pati yang
berat, melainkan memilih daging tanpa lemak dan sayuran sebanyak
mungkin.
4. Osteopenia Sebelum Jadi Osteoporosis
Osteopenia
adalah massa tulang yang rendah, suatu kondisi di mana tulang menjadi
rapuh, mudah retak dan dapat menyebabkan osteoporosis. Osteopenia dan
osteoporosis tidak memiliki gejala tertentu dan kebanyakan orang baru
menyadarinya setelah mengalami patah tulang.
Untuk mengonfirmasi
apakah kondisi tulang Anda dalam keadaan baik, lakukan tes kepadatan
mineral tulang (BMD) untuk mengetahui jumlah kepadatan massa tulang di
bagian pinggul dan tulang belakang.
Pada umumnya, tes ini
dilakukan terhadap wanita menopause, karena umunya osteopenia dan
osteoporosis terjadi pada wanita menopause. Setelah menopause, tidak ada
lagi efek perlindungan dari estrogen pada tulang dan tulang mengalami
penurunan kekuatan 3 sampai 5 persen per tahun selama lima sampai tujuh
tahun ke depan.
Wanita postmenopause harus menjalani tes BMD
setiap satu atau dua tahun. Sedangkan wanita premenopause harus
melakukan pengujian terhadap faktor risiko osteoporosis, yang meliputi
berat badan rendah, asupan kalsium yang rendah, konsumsi alkohol atau
kafein yang berlebihan, kurang olahraga, merokok, atau riwayat keluarga
osteoporosis.
Jika Anda didiagnosis menderita osteopenia, ada
beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk memperlambat atau mencegah
rapuhnya tulang dan risiko patah tulang. Tingkatkan asupan kalsium
hingga 1.000 mg per hari bagi wanita di bawah 50 tahun dengan
mengonsumsi makanan berkalsium dan mengambil suplemen.
Bagi
wanita di atas usia 50 tahun, harus mengonsumsi 1.200 mg kalsium per
hari. Menurut The Journal of American Medical Association, kebiasaan
lain yang dapat membantu mencegah osteoporosis termasuk meningkatkan
asupan vitamin D dengan cara mengekspos kulit selama 10 menit sehari
terhadap sinar matahari pagi atau mengonsumsi suplemen vitamin D,
berolahraga secara teratur dan menghindari faktor risiko seperti merokok
dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
5. Polip kolon Sebelum Jadi Kanker Kolon
Polip
kolon adalah pertumbuhan polip kecil pada usus besar (kolon) dan
rektum. Jika polip pada usus besar dibiarkan dan tidak diobati, 8 sampai
12 tahun lagi diperkirakan dapat berkembang menjadi kanker.
Kondisi
polip kolon ini tidak menunjukkan gejal-gejala tertentu dan dapat
diidentifikasi dengan empat jenis tes, yaitu sigmoidoskopi, kolonoskopi,
double-contrast barium enema, dan colonography CT.
Jika polip
terdeteksi selama dilakukan pengujian dengan metode sigmoidoskopi atau
kolonoskopi, polip biasanya dihapus atau dibiopsi dan diuji untuk
kanker. Kemudian Anda perlu memperbaiki gaya hidup termasuk berolahraga
secara teratur, makan makanan yang sehat seperti buah-buahan segar,
sayuran, dan daging tanpa lemak, tidak merokok dan tidur yang cukup.
Bagi
orang yang berisiko terhadap kanker kolon, kolonoskopi sebaiknya
dilakukan setiap 10 tahun sekali dimulai pada usia 50 tahun. Sejumlah
faktor yang dapat menyebabkan peningkatan risiko polip usus besar,
termasuk riwayat keluarga dengan polip kolorektal atau kanker, penyakit
radang usus, sindrom kanker kolorektal dan faktor gaya hidup seperti
diet tinggi daging merah dan makanan olahan, obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol dan diabetes tipe 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar